Matematika, bagi sebagian orang, merupakan hal yang dihindari. Kebanyakan para pelajar dari jenajng Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan bagi mereka yang berseragam putih abu-abu tetap saja Matematika merupakan hal yang dihindari. Betapa tidak, tanpa bermaksud menyalahkan satu pihak, kebanyakan dari kita sudah dicekoki dengan mind set tidak langsung bahwa matematika itu nyeremin dan mumetin.
Tidak ada yang salah dengan hal itu.
Setiap orang mempunyai hak untuk memiliki presepsi yang berbeda akan suatu hal.
Dan presepsi pemmikiran yang berbeda itulah yang walaupun tidak menyempurnakan
namun melengkapi kita sebagai manusia.
Disisi lain, saya menggunakan sisi
manusia saya yang mempunyai hak untuk memiliki presepsi pemikiran yang berbeda
untuk menjadikan Matematika sebagai sesuatu yang akan terus saya geluti selama
kurang lebih, insyaAllah, 4 tahun.
Matematika bukan hanya sekedar rumus
ataupun angka tak beraturan. Namun lebih ke permainan logika. Permainan logika
yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan rumus ataupun hapalan yang tiada
habisnya. Matematika menyoroti permainan pemikiran yang di tuangkan tidak hanya
dalam bentuk angka, namun juga dalam bentuk huruf dan simbol menyerupai huruf
namun tidak akan ditemukan di tombol keyboard anda.
Mathematic
is the mother of science.
Namun, dibalik semua keagungan Matematika yang saya elu-elukan sebelumnya. Matematika hanya sekedar suatu hitung-hitungan pada transaksi di pasar, untuk membeli cabai, bawang atau daging sapi misalnya. Matematika akan menjadi Matematika seutuhnya ketika dikaitkan dengan cabang ilmu lain. Pada saat itulah Matematika diperlukan.
Dimulai dari seorang insinyur yang ingin membangun sebuah jembatan, seeorang angkuntan bahkan politisi yang korup maupun yang amanah (kalau masih ada).
Anda berkewarganegaraan Indonesia? Pasti tahu dengan Pancasila. Jangan takut, saya tidak menanyakan anda hapal atau tidak. Karena dewasa semakin banyak yang tidak hapal dengan Pancasila. Dan ketika tiba suatu waktu dimana Pancasila tidak lagi dibacakan dan diikuti di setiap hari Senin pagi bagi anak negeri berseragam maka pada saat itu ketidak hapalan anggota dewan terhadap Pancasila, bukan hanya mungkin tapi pasti menjadi hal yang wajar.
Dari sejarahnya, Pancasila merupakan landasan yang dirumuskan oleh negarawan-negarawan pada masa itu. Dan ada satu hal yang menggelitik mungkin banyak juga yang tidak tahu, ternyata Pancasila yang menjadi dasar negera ini berawal dari ketidak sengajaan. Seorang tokoh yang usulannya paling banyak diadaptasi menjadi bentuk Pancasila, yang harapannya masih dihapal, seperti sekarang ini adalah Muhammad Yamin.
Muhammad Yamin yang juga merupakan seorang guru ternyata menggunakan prinsip Logika Matematika, Jika Maka.
Bingung? Saya juga haha
Hal yang mngejutkan ini saya ketahui dari teman saya Beni yang pada saat itu saya anggap angin lalu saja. Kalau saya tidak salah ingat sudah setengah tahun lebih dia memberitahukan saya hal ini. Dari lebih dari setengah tahun lalu sampai sekarang saya me-masa bodo kannya. Dan ketika saya menuliskan postingan kali ini baru saya mersakan hal yang 'wah'.
Entah lah.
Hidayah bisa datang kapan saja. Hidayah bukan hanya sekedar soal keimanan (my opinion). Hidayah merupakan sebuah ilmu. Ketika mendapatkan hidayah tidak serta merta kita menyadarinya. Terkadang memang langsung kita sadari hidayah itu datang, namun terkdang butuh waktu untuk meresapinya. Cepat atau lambat. Entahlah...
Mathematic is Beauty and I'm part of this beauty.
Berarti aku cantik dong hahaha
Keindahan setiap ilmu selalu tersembunyi. Karenanya terserah aku, kamu, dia dan mereka untuk mencari keindahannya atau mengutukinya hanya untuk menyembunyikan ketidakbisaan diri.
Sukai dia maka dia akan menyukaimu.
Jadi, ciumi kalkulatormu sebelum ngerjain kalkulus :-P
Namun, dibalik semua keagungan Matematika yang saya elu-elukan sebelumnya. Matematika hanya sekedar suatu hitung-hitungan pada transaksi di pasar, untuk membeli cabai, bawang atau daging sapi misalnya. Matematika akan menjadi Matematika seutuhnya ketika dikaitkan dengan cabang ilmu lain. Pada saat itulah Matematika diperlukan.
Dimulai dari seorang insinyur yang ingin membangun sebuah jembatan, seeorang angkuntan bahkan politisi yang korup maupun yang amanah (kalau masih ada).
Anda berkewarganegaraan Indonesia? Pasti tahu dengan Pancasila. Jangan takut, saya tidak menanyakan anda hapal atau tidak. Karena dewasa semakin banyak yang tidak hapal dengan Pancasila. Dan ketika tiba suatu waktu dimana Pancasila tidak lagi dibacakan dan diikuti di setiap hari Senin pagi bagi anak negeri berseragam maka pada saat itu ketidak hapalan anggota dewan terhadap Pancasila, bukan hanya mungkin tapi pasti menjadi hal yang wajar.
Dari sejarahnya, Pancasila merupakan landasan yang dirumuskan oleh negarawan-negarawan pada masa itu. Dan ada satu hal yang menggelitik mungkin banyak juga yang tidak tahu, ternyata Pancasila yang menjadi dasar negera ini berawal dari ketidak sengajaan. Seorang tokoh yang usulannya paling banyak diadaptasi menjadi bentuk Pancasila, yang harapannya masih dihapal, seperti sekarang ini adalah Muhammad Yamin.
Muhammad Yamin yang juga merupakan seorang guru ternyata menggunakan prinsip Logika Matematika, Jika Maka.
Bingung? Saya juga haha
Hal yang mngejutkan ini saya ketahui dari teman saya Beni yang pada saat itu saya anggap angin lalu saja. Kalau saya tidak salah ingat sudah setengah tahun lebih dia memberitahukan saya hal ini. Dari lebih dari setengah tahun lalu sampai sekarang saya me-masa bodo kannya. Dan ketika saya menuliskan postingan kali ini baru saya mersakan hal yang 'wah'.
Entah lah.
Hidayah bisa datang kapan saja. Hidayah bukan hanya sekedar soal keimanan (my opinion). Hidayah merupakan sebuah ilmu. Ketika mendapatkan hidayah tidak serta merta kita menyadarinya. Terkadang memang langsung kita sadari hidayah itu datang, namun terkdang butuh waktu untuk meresapinya. Cepat atau lambat. Entahlah...
Berarti aku cantik dong hahaha
Keindahan setiap ilmu selalu tersembunyi. Karenanya terserah aku, kamu, dia dan mereka untuk mencari keindahannya atau mengutukinya hanya untuk menyembunyikan ketidakbisaan diri.
Sukai dia maka dia akan menyukaimu.
Jadi, ciumi kalkulatormu sebelum ngerjain kalkulus :-P
1 chit-chat:
ah, kalkulus dapat jelek mulu aku haha . .
jadi aku putusin aja kalkulus wkwkwkw
Posting Komentar